18 Maret 2010

Pikirkan sekali lagi yaa..

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"


Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak, "Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."


Ia mendatangi ayam dan berteriak, "Ada perangkap tikus !!"


Sang Ayam berkata, "Tuan Tikus..., aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku."


Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.


Sang Kambing pun berkata, "Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan."


Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama, "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali."


Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata, "Ahhh...perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku."


Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.


Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.


Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.


Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (Kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam) Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.


Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.


Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.


Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga Sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.


Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat perangkap tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.


SO...SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI.

-NN-

Goresan pada Mobil

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.


Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.


"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.


"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.


Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.


"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!"


Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.


"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.


Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.


"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa."


Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.


"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."


Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.


"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..."


Kini, ia mulai terisak.


Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.


"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya"


Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.


"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."


Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.


Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.


Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."


Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?


Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.


Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

-dari kiriman teman-

09 Februari 2010

Emas, Arang, dan Intan

Alangkah senangnya jika terlahir sebagai emas yang keberadaannya selalu diidam-idamkan dan dinanti- nanti. Semua orang ingin menyentuhnya, memilikinya dan sangat bangga bila berada di dekatnya karena nilainya yang amat tinggi. Tak heran jika emas dijuluki sebagai logam mulia, karena kedudukannya yang amat tinggi di mata manusia. Banyak sekali manusia berkelahi memperebutkannya dan bahkan tak jarang sampai saling membunuh.

Adapun terlahir sebagai arang, agaknya kalau dapat akan dihindari oleh setiap insan. Sejak lahir jangankan digendong, disentuhpun tidak karena rasa takut akan terkotori olehnya. Mengenai nilainya, jangankan satu gram, satu karung pun masih banyak orang yang dapat memilikinya. Keberadaannya pun terkadang tidak terlalu dirasakan.

Namun, semahal-mahalnya emas jika ia berada di lingkungan yang salah dia akan rusak. Emas bila terkena merkuri (air raksa) akan kehilangan nilainya. Emas ketika tersebar dan bercampur dengan tanah tidaklah ada nilainya.

Adapun arang, apabila ia berada di tempat yang sangat dingin, dimana orang sangat membutuhkan kehangatan, nilai sekarung arang jauh lebih berharga dari nilai emas satu bukit.

Dari analogi di atas nampak bahwa lingkungan tempat suatu benda berada dan nilai manfaat keberadaan suatu benda pada lingkungan tersebut merupakan faktor yang penting untuk menilai tingkat manfaat keberadaan suatu benda.

Ada benda lain yang juga dinilai sangat tinggi oleh kebanyakan manusia, yaitu intan. Intan yang jernih dan kokoh, dapat digunakan untuk menghancurkan batu-batuan dan dapat juga digunakan sebagai perhiasan. Jika diteliti lebih lanjut, ternyata unsur pembentuk intan dan arang adalah sama-sama karbon. Keteraturan posisi molekul karbon dalam intan tersebut menjadikannya kokoh dan indah. Hal yang menyebabkan intan jauh lebih mahal daripada arang adalah karena intan sangatlah sulit didapat dan sangat besar manfaatnya walaupun unsur pembentuknya sama-sama karbon.

Dapatkah arang berubah menjadi intan? Jika posisi-posisi molekul karbon dalam arang dipindahkan sehingga menjadi teratur, bukan tidak mungkin arang yang hina dina berubah menjadi intan yang mulia. Namun, hal ini membutuhkan energi yang amat besar. Jadi walaupun unsur pembentuk suatu benda sama, namun keteraturan letak molekul unsur pembentuk dalam suatu benda dapat menyebabkan benda yang satu lebih bernilai dari benda yang lain.

Manusia, sebagai wakil Tuhan di muka bumi, sangatlah diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dengan keberadaanya di atas bumi ini. Tuhan telah memerintahkan kita untuk senantiasa berhijrah.

Berhijrah bukanlah selalu berarti berpindah tempat secara fisik namun hijrah merupakan upaya berkesinambungan untuk dapat menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan tempat manusia tersebut berada.

Jika manusia merasa dirinya kurang dihargai dalam lingkungannya, ada 2 hal yang dapat ia lakukan, pindah secara fisik ke lingkungan yang lebih mendukung keberadaannya atau mengubah/menata ulang dirinya sehingga menjadi lebih bernilai dalam lingkungan tersebut, namun hal ini tentu saja membutuhkan energi dan upaya yang jauh lebih besar.

-from My Friend's email-

28 Januari 2010

Botol, Batu, Kerikil, dan Pasir

Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong.
Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang kemudian diisikannya ke botol itu.
Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga.

Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiyakan.

Kemudian ia mengambil kerikil kecil.
Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya.
Kerikil-kerikil itu akhirnya masuk bergulir memenuhi ruang di antara batu-batu itu.

Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya.

Lalu profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke botol.
Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.


Botol ini mengibaratkan hidup Anda.
Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup kamu yaitu , keluarga, kesehatan, anak-anak Anda.
Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup Anda, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan Anda.
Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan Anda.


Bila Anda memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu.

Begitu juga dengan hidup Anda.
Bila Anda mencurahkan seluruh energi dan waktu Anda untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka Anda tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup Anda.

Berikan prioritas pada hal yang terpenting.
Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak Anda.
Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Tuhan, Sang Pencipta, yang memelihara Anda.

Jangan khawatir Anda akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan Anda, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja.

20 Januari 2010

Dipercaya orang lain adalah suatu kebahagiaan

Sebuah kapal barang berlayar di Samudra Atlantik. Di buritan kapal ada seorang anak negro kecil, dia adalah seorang pekerja suruhan. Anak ini tidak hati – hati sehingga tercebur ke dalam Lautan Atlantik yang bergulung – gulung ombaknya. Anak ini berteriak minta tolong, apa daya ombaknya sangat besar dan angin sangat kencang, orang yang berada di atas kapal tidak ada yang mendengarnya. Dengan mata terbelalak dia melihat kapal barang tersebut membawa ombak bergerak makin lama makin menjauh.

Naluri bertahan hidup anak ini membuat dirinya berenang sekuat tenaga di dalam air yang sangat dingin. Dia mengerahkan segenap tenaganya untuk mengayuh kedua lengan kurusnya, berusaha keras agar kepalanya tetap berada di atas permukaan air, membuka matanya yang besar memandang ke arah kapal yang pergi semakin menjauh.

Kapal itu makin lama makin jauh, kapalnya makin lama makin kecil, akhirnya tidak terlihat lagi, sisanya sejauh mata memandang hanya lautan yang tak bertepi. Tenaga anak ini juga hampir habis, sesungguhnya ia sudah tidak mampu berenang lagi, dia merasakan dirinya serasa akan tenggelam. Lepaskanlah, hatinya berbisik pada dirinya sendiri. Saat itulah, di dalam benaknya terbayang akan wajah yang begitu welas asih dan pandangan mata yang ramah dari sang kapten kapal itu. Tidak, kapten kapal setelah mengetahui saya tercebur ke laut, pasti akan kembali untuk menolong saya! Berpikir demikian, anak ini berusaha dengan seluruh keberaniannya mengerahkan segenap tenaganya yang tersisa berenang lagi.

Akhirnya kapten kapal menyadari bahwa anak negro itu telah hilang, setelah dia memastikan bahwa anak itu tercebur ke laut, dia memerintahkan untuk berlayar kembali untuk mencarinya. Saat itu ada orang yang menasehatinya, “Sudah sekian lama berlalu. Kalaupun dia tidak mati tenggelam, pasti sudah dimakan oleh ikan hiu…” Kapten kapal agak ragu – ragu, namun akhirnya ia tetap memutuskan untuk kembali mencari anak itu. Ada orang yang berkata, “Pantaskah tindakan ini hanya demi seorang anak negro?” Sang kapten menghardiknya, “Tutup mulut!”

Di saat – saat terakhir ketika anak kecil itu hampir tenggelam, sang kapten tiba tepat pada waktunya dan anak itu tertolong.

Ketika anak negro tersebut tersadar, dan saat dia bersujud untuk berterima kasih kepada sang kapten kapal atas budi baiknya menyelamatkan nyawanya, kapten itu memapah sang anak negro dan bertanya, “Bocah kecil, bagaimana kamu bisa bertahan begitu lama?”

Anak itu menjawab, “Saya tahu anda pasti akan kembali untuk menolong saya, saya tahu anda pasti akan datang!”

“Bagaimana kamu tahu saya pasti akan datang untuk menolongmu?”, tanya kapten kapal lagi.

“Karena saya tahu anda adalah orang yang demikian!”, jawab si anak.

Mendengar jawaban tersebut, kapten ini menjatuhkan diri di atas kedua lututnya bersujud di hadapan anak negro tersebut, air matanya berderai memenuhi wajahnya, “Bocah kecil, bukan saya yang menyelamatkanmu, sebaliknya, adalah kamu yang telah menolong saya! Saya sangat malu atas keragu – raguanku saat itu…”

Seseorang yang sangat dipercayai oleh orang lain juga merupakan semacam kebahagiaan. Pada saat orang lain mengalami putus harapan bisa terpikirkan olehnya akan dirimu dan yakin akan mendapatkan pertolongan darimu, itu merupakan sebuah kebahagiaan.

-disadur dari email teman

18 Januari 2010

Teman sejati

Seorang Kakek hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky (Amerika) dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucu nya bertanya, ”Kakek! Aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?”

Dengan tenang sang Kakek dengan mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, ”Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.”

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi."

Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-kagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, ”Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup." Maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu.

Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi.Sambil terengah-engah ia berkata, ”Lihat Kek, percuma!””Jadi kamu pikir percuma?” jawab kakek. Kakek berkata, ”Lihatlah keranjangnya.“

Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu TELAH BERUBAH dari keranjang arang yang tua kotor dan kini BERSIH LUAR DAN DALAM.

“Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu MEMBACA ALKITAB. Kamu TIDAK BISA MEMAHAMI atau INGAT segalanya, tetapi KETIKA kamu MEMBACANYA LAGI, kamu AKAN BERUBAH, luar dalam. Itu adalah KARUNIA dari ALLAH di dalam hidup kita.” Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.

Sepenggal kata mutiara:
“Teman yang baik adalah seseorang yang dapat berkata BENAR kepada kita, dan bukan orang yang selalu MEMBENAR-BENARKAN perkataan kita, tanpa memberi NASIHAT dan KOREKSI”

Nah teman, jadilah BERKAT bagi yang lain, dan TEMAN YANG SEJATI. Tuhan Yesus memberkati.

MANAJEMEN WAKTU

MANAJEMEN WAKTU
Efesus 5:16

Waktu merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang. Tuhan memberikan waktu yang sama bagi setiap orang, tidak ada manusia yang memiliki waktu lebih panjang setiap harinya, semua sama. Namun cara seseorang memandang waktu dan memanfaatkannya yang membuat keberhasilan dan pencapaian setiap orang dalam hidup berbeda-beda.

Dalam terjemahan NKJV, kata ‘pergunakanlah’ dari ayat di atas diartikan sebagai ’selamatkanlah’ yang memiliki pengertian sama seperti pada kata selamatkanlah dalam kalimat : ‘Selamatkanlah harta bendamu’. Artinya, kata tersebut berkaitan dengan sesuatu yang tidak hanya penting, namun genting, berbahaya dan segera tanpa ditunda.

Kita mengetahui bahwa hari-hari ini adalah jahat, artinya kejahatan semakin merajalela dan kita harus menyelamatkan waktu yang ada supaya kita terlepas dari bahaya.

Bagaimanakah cara kita untuk mengatur / me-manage waktu dengan baik :
1. Kita perlu memiliki TUJUAN
Kalau kita perhatikan dari Kejadian pasal pertama, di saat penciptaan, dengan jelas kita dapat melihat bagaimana Tuhan mengatur proses penciptaan itu dari hari ke hari. Semua berjalan tepat waktu dan tertib. Itu bias terjadi karena Tuhan telah menetapkan tujuan atau goal dari setiap hari dalam proses penciptaan tersebut.Dari situ kita bisa belajar bahwa penting bagi kita untuk menentukan tujuan terlebih dahulu, baik dalam jangka pendek, menengah ataupun jauh. Dengan demikian kita bisa mengatur bagaimana tujuan-tujuan tersebut dapat kita raih. Cobalah aplikasikan di dalam agenda hidup kita sehari - hari.

2. Kita perlu memiliki PRIORITAS
Waktu memanglah terbatas. Satu hari = 24 jam. Semua orang memiliki waktu yang sama dan memiliki keterbatasan yang sama. Namun cara seseorang menentukan prioritas dalam hidup menentukan keberhasilan dan pencapaian orang tersebut dalam hidup. Kita tidak bisa menyelesaikan hal secara bersamaan, untuk itulah kita perlu menentukan prioritas. Prioritas membantu kita untuk memilih yang terbaik. Kita dapat melihat dari kisah Maria dan Marta di Lukas 10:38. Prioritas akan menentukan hasil yang kita capai di dalam hidup.

3. Kita perlu memiliki PRINSIP ICU
Kita tidak pernah tahu kapan waktu kita di bumi ini akan ‘habis’. Oleh karena itu kita harus senantiasa menanggap setiap hari, setiap saat adalah penting sehingga kita menjadi bijak di saat menghabiskan waktu kita. (Matius 24:36) Cobalah bayangkan kalau kita mengetahui bahwa pada suatu hari di depan waktu kita habis, pasti kita akan berusaha mengatur dengan bijak segala sesuatu di dalam hidup agar di saat waktu kita benar-benar habis, kita telah mencapai tujuan-tujuan hidup kita.

Hidup adalah sebuah pertandingan, Paulus menggambarkan dengan jelas bagaimana kehidupan seorang Kristen seperti seorang olahragawan. Dan pertandingan senantiasa berkaitan dengan waktu. Jika kita hendak berkemenangan di dalam hidup, mencapai tujuan - tujuan yang telah Tuhan taruhkan di hati kita, maka kita harus mengatur waktu kita dengan baik mulai dari saat ini! Amin

02 Desember 2009

Yang Terbaik

Pada suatu hari seorang anak laki-laki yang memiliki satu kantung penuh kelereng menawarkan kepada seorang gadis yang memiliki satu kantong permen untuk melakukan barter. Gadis itu dengan senang hati menyetujuinya. Tetapi ketika anak laki-laki itu mengeluarkan kelereng-kelerengnya, ia menyadari bahwa ia tidak bisa memberikan beberapa kelereng kesayangannya. Agak curang, ia mengambil tiga kelerengnya yang terbaik dan menyembunyikannya di bawah bantal.


Pertukaran itu pun dilakukan, dan gadis kecil itu tidak pernah tahu bahwa ia dicurangi. Tetapi malam itu ketika gadis kecil ini tidur dengan nyenyak, anak laki-laki itu gelisah. Ia tidak bisa tidur, merenungkan sebuah pertanyaan yang mengganggunya:”Saya jadi bertanya-tanya, apakah ia juga menyembunyikan permennya yang terbaik?”



Seperti anak laki-laki itu, kebanyakan dari kita menjalani kehidupan ini dengan pertanyaan mengganggu, “Apakah Allah telah memberikan yang terbaik kepadaku?” Tetapi pertanyaan yang harus terlebih dulu kita jawab adalah, “Apakah aku memberikan yang terbaik kepada Allah?”

Anda dan saya tidak akan mengalami yang terbaik dari Allah jika kita belum memberikan seluruh hidup kita bagi-Nya. Di manakah Anda saat ini? Apakah Anda telah memberikan kepada Allah segala sesuatu di dalam diri Anda, atau Anda masih menggenggam kelereng-kelereng kesayangan Anda? Jika kita ingin mendapatkan sudut pandang Allah, kita akan mendapati bahwa memberikan segalanya kepada Dia adalah barter yang tidak merugikan.”

Yoh 3:16 “This is how much God loved the world: He gave his Son, his one and only Son. And this is why: so that no one need be destroyed; by believing in him, anyone can have a whole and lasting life.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

28 November 2009

Pencuri kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir Kalau aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia! Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih!”.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati, Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi.

Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu.

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri.

Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu.

Kita sering mengomentari, mencemooh pendapat atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

anonym.

24 Juni 2009

Not me, Boss !!!

Ini cerita dari seorang teman yang bertahun silam pergi ke Papua New Guinea untuk urusan bisnis. Ia ditemani oleh dua orang temannya dan tinggal di sebuah rumah di pedalaman. Rumah ini dirawat oleh seorang lokal, yang tugasnya hanya dua yakni merawat rumah dan memasak. Semuanya oke-oke saja, kecuali satu hal: mereka punya satu botol anggur yang mahal yang disimpan di ruang makan, yang setiap harinya sepertinya terus berkurang padahal mereka tidak pernah meminumnya. Anggur ini mahal dan mereka ingin menyimpannya untuk acara spesial. Yang mereka temukan adalah setiap hari jumlahnya sedikit demi sedikit berkurang.

Mereka pun memutuskan untuk mengukur kekurangannya dengan membuat garis kecil pada botol, sehingga apabila memang berkurang lagi mereka bias tahu dengan jelas. Dan setelah membuat garis tersebut, mereka menemukan memang jumlah anggur dalam botol tersebut berkurang terus setiap hari, walau sedikit demi sedikit. Mereka tidak punya tertuduh lain lagi selain sang penunggu rumah lugu tersebut, sebab ketiganya memang jarang di rumah.


Suatu kali ketiganya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan mereka merencanakan memberi pelajaran si penunggu rumah. Mereka mengambil botol anggur dan mengganti isinya dengan air seni mereka. Setelah itu mereka letakan kembali seperti biasa. Dan yang mereka temukan, setiap hari jumlah air seni ini pun berkurang seperti halnya anggur.


Suatu hari mereka tidak tega lagi membayangkan bahwa si penunggu rumah yang baik hati ini sampai meneguk air seni mereka. Mereka memutuskan untuk memanggil si penunggu rumah dan menanyakan perihal anggur. Dan dengan gaya yang tidak menuduh langsung, mereka mengatakan bahwa mereka perhatikan persediaan anggur mereka di satu-satunya botol di rumah itu selalu menipis, dan pasti ada seorang di rumah ini yang meminumnya!


Serta merta si penunggu rumah polos ini menyahut "Not me, Boss! Selama ini saya hanya selalu pakai untuk keperluan memasak untuk para Boss!"


Moral kisah :
Kalau bisa bertanya, kenapa berasumsi?
Kalau bisa sederhana, kenapa dibuat rumit?
Kadang kita justru mendapatkan akibat dari perbuatan kita sendiri, yang sebenarnya tidak perlu.

Sumber : Anonymous

14 Mei 2009

Ijinkan Tuham menyelesaikan pekerjaan tangan-Nya

Seorang pelukis terkenal diundang oleh puteri raja ke istananya. Sang puteri yang cantik itu ingin dirinya dilukis dengan indah untuk dipasang di istananya. Dengan tenang pelukis itu membuat sketsa wajah sang puteri raja di atas kanvas. Setelah setengah jam duduk diam di depan pelukis itu, puteri yang manja ini tidak tahan lagi untuk menunggu hasil lukisannya. Dia ingin segera melihat lukisan wajahnya yang indah dan tak mau lagi duduk begitu lama untuk berpose. Ketika melihat lukisan yang setengah jadi itu, ia begitu kecewa dan marah. Yang ada di atas kanvas itu hanyalah coretan-coretan yang sama sekali tidak indah dipandang. Wajahnya yang cantik sama sekali tidak nampak dalam lukisan itu. Maka diusirnya pelukis itu dari istana, tanpa diberi kesempatan untuk melanjutkan karyanya.

Sementara itu sang pelukis merasa sayang dengan karyanya yang setengah jadi. Ia bermaksud meneruskan lukisannya itu sampai selesai. Wajah sang puteri raja masih terbayang jelas dalam ingatannya sehingga ia tak mengalami kesulitan untuk melanjutkan goresan kanvasnya.


Beberapa puluh tahun kemudian puteri raja yang telah menjadi ibu suri itu diundang untuk meresmikan sebuah museum. Di sana dipamerkan sejumlah besar lukisan karya pelukis-pelukis terkenal. Ketika melihat sebuah lukisan besar yang terpampang di tengah museum itu, ia begitu kaget. Lukisan yang amat indah itu adalah gambar dirinya saat masih muda, begitu cantik dan anggun. Ternyata dulu ia telah begitu bodoh terlalu cepat menilai sebuah maha karya yang belum selesai.

Pesan Moral :
Kita seringkali melakukan kebodohan yang sama dengan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Ketika hidup kita dilanda masalah yang hebat, kita segera menyimpulkannya dengan cara yang keliru. Kita ingin segera mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup kita, lalu segera kita memikirkan dan menyimpulkan sesuatu agar kita puas dan segala pertanyaan kita terjawab dengan cepat.


Saat Tuhan hendak menyelesaikan pekerjaan tangan-Nya yang maha indah, kita tidak mengijinkan-Nya. Kita menyimpulkan jawaban doa sendiri dan tidak mau menunggu waktu yang begitu lama untuk terus berharap dan meminta pertolongan- Nya.


Jika hari ini Anda merasa tidak puas dengan banyak hal dalam hidup ini, tetaplah setia menunggu waktu-Nya. Karena hidup Anda memang belum selesai! Tuhan seringkali menguji hati kita dengan waktu yang "lama".