29 Juli 2008

--kepiting--


Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.

Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.

Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun... dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.
Begitu pula dalam kehidupan ini...

tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu. Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener.

Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini. Pertanda seseorang adalah 'kepiting':

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak

2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan

3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.

..Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yah... dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya. ..

Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama.
Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Betapa pun banyaknya kucing berkelahi, selalu saja banyak anak kucing lahir. (Abraham Lincoln)

Nasi sudah menjadi Bubur


Kalimat yang sering kita dengar..sudah tak asing lagi di telinga kita..jika sesuatu keterlanjuran telah terjadi..bibir ini sering melontarkan kata-kata, " Nasi sudah menjadi bubur”.

Betulkah ungkapan ini? Atau sekedar mencari pembenaran untuk tidak memperbaiki yang sudah ada? Semoga, setelah membaca cerita berikut, kita akan memiliki pandangan berbeda terhadap suatu keterlanjuran.

Seorang mahasiswa kuliahnya tidak serius. Kadang masuk kuliah kadang tidak, tugas terbengkalai, SKS yang harus dikejar masih banyak, dan jarang sekali belajar. Begitu ditanya ternyata dia merasa terjebak masuk ke jurusan yang dipilihnya karena dia hanya ikut-ikutan saja. Teman-temannya masuk jurusan tersebut, dia pun ikut.

“Mengapa kamu tidak pindah saja?” tanya temannya, Budi.“Ah, biarlah, nasi sudah menjadi bubur” jawabnya, tidak peduli.“Apakah kamu akan tetap seperti ini?”“Mau gimana lagi, saya bilang nasi sudah jadi bubur, tidak bisa diperbaiki lagi.” jawabnya berargumen.“Kalau kamu pindah kejurusan yang kamu sukai, kan kamu akan lebih enjoy.” kata temannya.“Saya ini sudah tua, masa harus kuliah dari awal lagi. Saya terlambat menyadari kalau saya salah masuk jurusan.” jelasnya sambil merebahkan diri di kasur dan mengambil remote control TV-nya.“Memang tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi?” selidik temannya.“Tidak, saya sudah katakan berulang-ulang nasi sudah jadi bubur.”

Temannya pun diam sejenak, dia bingung melihat temannya yang sudah tidak semangat lagi. Kemudian dia teringat pada temannya yang memiliki nasib yang sama, salah memilih jurusan. Dia pun pulang ke rumahnya kemudian menelpon temannya tersebut.

“Jaka, perasaan kamu pernah cerita sama saya, kalau kamu salah memilih jurusan?” tanya Budi kepada Jaka.“Memang saya salah memilih jurusan, memangnya kenapa?” jawab Jaka.“Yang saya heran, kenapa kamu tetap semangat kuliah, sedangkan teman saya malah malas dan tidak serius kuliahnya.”“Yah nggak tahu yah, saya juga dulu sempat seperti itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi.” jelas Jaka.

“Apa sich resepnya?”“Pertama saya merelakan diri masuk jurusan ini. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah. Jadi saya terima saja.”“Terus?” kata Budi bersemangat“Yang kedua, saya mencari cara menggabungkan ilmu yang saya miliki di jurusan ini, dengan hobi saya. Ternyata saya menjadi enjoy saja. Memang, saya terlanjur memilih jurusan ini, kata orang, nasi sudah jadi bubur. Tetapi kalau saya, nasi sudah menjadi bubur ayam spesial yang enak dan lebih mahal harganya ketimbang nasi.” “Oh gitu….”

“Yah, kalau kita menyesali tidak ada manfaatnya. Kalau kita berusaha mengubah bubur jadi nasi, itu tidak mungkin. Satu-satunya cara ialah membuat bubur tersebut menjadi lebih nikmat, saya tambahkan ayam, ampela, telor, dan bumbu. Rasanya enak dan lebih mahal” jelas Jaka sambil tersenyum lebar.

Bagaimana dengan Anda?

08 Juli 2008

Berpikir Sederhana


Seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya, dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penjerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"
Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah..... kijang.
Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa......!!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga.

Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan seseorang yang bergumul dengan pasangan hidup yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, akhirnya harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.

Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita tentunya perlu mempunyai harapan dan idealisme supaya tidak asal tabrak. Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar manusia dengan perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar, dan lagipula tidak ada sesuatu di dunia yang perfect yang memenuhi semua idealisme kita.

Berpikirlah sederhana!

Apakah Cinta itu?

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.


Kadang Tuhan, yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan Yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa
Ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai,
kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
ika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai,
ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.


Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama,
Dan
penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal
- iman, keberanian, dan pengharapan -
penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.

Pada akhirnya...

Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu,karena alasan yang penting.

Orang Hebat

"Orang yang hebat adalah orang yang bisa berprestasi dalam bidang pekerjaan yang tidak disukainya," ujar seorang teman yang kebetulan memegang posisi sebagai senior general manager di sebuah perusahaan besar di negeri ini. Semula saya sempat terdiam dan memikirkan secara serius apa yang dikatakan sang teman ini. Dalam hati saya berkata, "Memang benar pernyataan tersebut namun rasanya sangat sulit bagi seseorang untuk bisa memberikan yang terbaik, apalagi menggapai prestasi maksimal, pada sebuah pekerjaan yang tidak disukainya? Bukankah manusia cenderung tidak betah ketika melakukan sesuatu yang pada dasarnya tidak disukainya?"

Mengenai cara menemukan talenta, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Rick Warren (penulis buku Purpose Driven Life) bahwa kita harus menanyakannya kepada Sang Pencipta. Ini sangat wajar karena sebagai Sang Pencipta, Dialah yang paling mengetahui dalam bidang apa kita harus berkarya di muka bumi ini. Hal ini sama persis dengan seorang pencipta sebuah alat yang mengetahui secara persis bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan alat tersebut sehingga alat tersebut memiliki kinerja yang maksimal. Untuk itu, kita harus tekun berdoa dan bertanya kepada Tuhan mengenai kehendak-Nya bagi hidup kita. Saya sendiri menemukannya lewat jalan ini.

Memang, selain itu ada sejumlah cara, metode atau alat bantu yang bisa digunakan untuk menemukan talenta kita. Teman-teman yang berprofesi sebagai psikolog dapat sangat membantu dalam hal ini meski tidak selalu akurat. Mentor saya yang juga guru kepemimpinan Kristen, Dr. John C. Maxwell pernah mengajarkan saya sebuah pendekatan untuk menemukan talenta seseorang. Maxwell yang juga seorang pendeta itu menyarankan agar kita mencari bidang pekerjaan yang membuat kita bergairah (passion) atau bidang yang kita ahli (strength).

Kini saya tahu bahwa talenta saya sebagai penulis buku pengembangan diri, pembicara seminar dan trainer (kerap orang menjuluki saya sebagai motivator) sangat erat kaitannya dengan panggilan hidup saya untuk menjadi berkat bagi hidup orang lain. Saya tahu Tuhan memanggil saya dan memperlengkapi saya agar saya bisa membantu orang lain bertumbuh menjadi insan yang lebih baik sebagaimana Ia sendiri telah menuntun saya dengan penuh kesabaran.

Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu... - Nasihat Paulus kepada muridnya, Timotius. Bercermin dari hal di atas, saya kerap mengatakan, keluarkan orang dari zona nyaman (comfort zone) namun tidak dari zona talentanya (talent zone). Misalnya, sebagai penulis, saya harus terus berusaha agar semakin baik dalam menulis karena itulah talent zone saya.



Sumber: Paulus Winarto

Paulus Winartoadalah pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa. Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller (al: First Step to be An Entrepreneur, Reach Your Maximum Potential dan Melangkah Maju di Masa Sulit).

03 Juli 2008

Kata-Kata Kasar..

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya. Ia berkata, "Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal. Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya. Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku, "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang.

Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu." "Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu." Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak, bangun," kataku. "Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya jatuh dari pohon. " "Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu.


Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru." Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi." Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu. " Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru." Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari?

Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka. Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan? Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA? Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = ( F )ather ( A )nd ( M )other, ( I ), ( L )ove, ( Y )ou.
-diambil email temen (Dimas)-