28 Januari 2010

Botol, Batu, Kerikil, dan Pasir

Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong.
Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang kemudian diisikannya ke botol itu.
Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga.

Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiyakan.

Kemudian ia mengambil kerikil kecil.
Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya.
Kerikil-kerikil itu akhirnya masuk bergulir memenuhi ruang di antara batu-batu itu.

Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya.

Lalu profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke botol.
Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.


Botol ini mengibaratkan hidup Anda.
Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup kamu yaitu , keluarga, kesehatan, anak-anak Anda.
Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup Anda, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan Anda.
Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan Anda.


Bila Anda memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu.

Begitu juga dengan hidup Anda.
Bila Anda mencurahkan seluruh energi dan waktu Anda untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka Anda tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup Anda.

Berikan prioritas pada hal yang terpenting.
Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak Anda.
Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Tuhan, Sang Pencipta, yang memelihara Anda.

Jangan khawatir Anda akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan Anda, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja.

20 Januari 2010

Dipercaya orang lain adalah suatu kebahagiaan

Sebuah kapal barang berlayar di Samudra Atlantik. Di buritan kapal ada seorang anak negro kecil, dia adalah seorang pekerja suruhan. Anak ini tidak hati – hati sehingga tercebur ke dalam Lautan Atlantik yang bergulung – gulung ombaknya. Anak ini berteriak minta tolong, apa daya ombaknya sangat besar dan angin sangat kencang, orang yang berada di atas kapal tidak ada yang mendengarnya. Dengan mata terbelalak dia melihat kapal barang tersebut membawa ombak bergerak makin lama makin menjauh.

Naluri bertahan hidup anak ini membuat dirinya berenang sekuat tenaga di dalam air yang sangat dingin. Dia mengerahkan segenap tenaganya untuk mengayuh kedua lengan kurusnya, berusaha keras agar kepalanya tetap berada di atas permukaan air, membuka matanya yang besar memandang ke arah kapal yang pergi semakin menjauh.

Kapal itu makin lama makin jauh, kapalnya makin lama makin kecil, akhirnya tidak terlihat lagi, sisanya sejauh mata memandang hanya lautan yang tak bertepi. Tenaga anak ini juga hampir habis, sesungguhnya ia sudah tidak mampu berenang lagi, dia merasakan dirinya serasa akan tenggelam. Lepaskanlah, hatinya berbisik pada dirinya sendiri. Saat itulah, di dalam benaknya terbayang akan wajah yang begitu welas asih dan pandangan mata yang ramah dari sang kapten kapal itu. Tidak, kapten kapal setelah mengetahui saya tercebur ke laut, pasti akan kembali untuk menolong saya! Berpikir demikian, anak ini berusaha dengan seluruh keberaniannya mengerahkan segenap tenaganya yang tersisa berenang lagi.

Akhirnya kapten kapal menyadari bahwa anak negro itu telah hilang, setelah dia memastikan bahwa anak itu tercebur ke laut, dia memerintahkan untuk berlayar kembali untuk mencarinya. Saat itu ada orang yang menasehatinya, “Sudah sekian lama berlalu. Kalaupun dia tidak mati tenggelam, pasti sudah dimakan oleh ikan hiu…” Kapten kapal agak ragu – ragu, namun akhirnya ia tetap memutuskan untuk kembali mencari anak itu. Ada orang yang berkata, “Pantaskah tindakan ini hanya demi seorang anak negro?” Sang kapten menghardiknya, “Tutup mulut!”

Di saat – saat terakhir ketika anak kecil itu hampir tenggelam, sang kapten tiba tepat pada waktunya dan anak itu tertolong.

Ketika anak negro tersebut tersadar, dan saat dia bersujud untuk berterima kasih kepada sang kapten kapal atas budi baiknya menyelamatkan nyawanya, kapten itu memapah sang anak negro dan bertanya, “Bocah kecil, bagaimana kamu bisa bertahan begitu lama?”

Anak itu menjawab, “Saya tahu anda pasti akan kembali untuk menolong saya, saya tahu anda pasti akan datang!”

“Bagaimana kamu tahu saya pasti akan datang untuk menolongmu?”, tanya kapten kapal lagi.

“Karena saya tahu anda adalah orang yang demikian!”, jawab si anak.

Mendengar jawaban tersebut, kapten ini menjatuhkan diri di atas kedua lututnya bersujud di hadapan anak negro tersebut, air matanya berderai memenuhi wajahnya, “Bocah kecil, bukan saya yang menyelamatkanmu, sebaliknya, adalah kamu yang telah menolong saya! Saya sangat malu atas keragu – raguanku saat itu…”

Seseorang yang sangat dipercayai oleh orang lain juga merupakan semacam kebahagiaan. Pada saat orang lain mengalami putus harapan bisa terpikirkan olehnya akan dirimu dan yakin akan mendapatkan pertolongan darimu, itu merupakan sebuah kebahagiaan.

-disadur dari email teman

18 Januari 2010

Teman sejati

Seorang Kakek hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky (Amerika) dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucu nya bertanya, ”Kakek! Aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?”

Dengan tenang sang Kakek dengan mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, ”Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.”

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi."

Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-kagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, ”Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup." Maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu.

Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi.Sambil terengah-engah ia berkata, ”Lihat Kek, percuma!””Jadi kamu pikir percuma?” jawab kakek. Kakek berkata, ”Lihatlah keranjangnya.“

Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu TELAH BERUBAH dari keranjang arang yang tua kotor dan kini BERSIH LUAR DAN DALAM.

“Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu MEMBACA ALKITAB. Kamu TIDAK BISA MEMAHAMI atau INGAT segalanya, tetapi KETIKA kamu MEMBACANYA LAGI, kamu AKAN BERUBAH, luar dalam. Itu adalah KARUNIA dari ALLAH di dalam hidup kita.” Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.

Sepenggal kata mutiara:
“Teman yang baik adalah seseorang yang dapat berkata BENAR kepada kita, dan bukan orang yang selalu MEMBENAR-BENARKAN perkataan kita, tanpa memberi NASIHAT dan KOREKSI”

Nah teman, jadilah BERKAT bagi yang lain, dan TEMAN YANG SEJATI. Tuhan Yesus memberkati.

MANAJEMEN WAKTU

MANAJEMEN WAKTU
Efesus 5:16

Waktu merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang. Tuhan memberikan waktu yang sama bagi setiap orang, tidak ada manusia yang memiliki waktu lebih panjang setiap harinya, semua sama. Namun cara seseorang memandang waktu dan memanfaatkannya yang membuat keberhasilan dan pencapaian setiap orang dalam hidup berbeda-beda.

Dalam terjemahan NKJV, kata ‘pergunakanlah’ dari ayat di atas diartikan sebagai ’selamatkanlah’ yang memiliki pengertian sama seperti pada kata selamatkanlah dalam kalimat : ‘Selamatkanlah harta bendamu’. Artinya, kata tersebut berkaitan dengan sesuatu yang tidak hanya penting, namun genting, berbahaya dan segera tanpa ditunda.

Kita mengetahui bahwa hari-hari ini adalah jahat, artinya kejahatan semakin merajalela dan kita harus menyelamatkan waktu yang ada supaya kita terlepas dari bahaya.

Bagaimanakah cara kita untuk mengatur / me-manage waktu dengan baik :
1. Kita perlu memiliki TUJUAN
Kalau kita perhatikan dari Kejadian pasal pertama, di saat penciptaan, dengan jelas kita dapat melihat bagaimana Tuhan mengatur proses penciptaan itu dari hari ke hari. Semua berjalan tepat waktu dan tertib. Itu bias terjadi karena Tuhan telah menetapkan tujuan atau goal dari setiap hari dalam proses penciptaan tersebut.Dari situ kita bisa belajar bahwa penting bagi kita untuk menentukan tujuan terlebih dahulu, baik dalam jangka pendek, menengah ataupun jauh. Dengan demikian kita bisa mengatur bagaimana tujuan-tujuan tersebut dapat kita raih. Cobalah aplikasikan di dalam agenda hidup kita sehari - hari.

2. Kita perlu memiliki PRIORITAS
Waktu memanglah terbatas. Satu hari = 24 jam. Semua orang memiliki waktu yang sama dan memiliki keterbatasan yang sama. Namun cara seseorang menentukan prioritas dalam hidup menentukan keberhasilan dan pencapaian orang tersebut dalam hidup. Kita tidak bisa menyelesaikan hal secara bersamaan, untuk itulah kita perlu menentukan prioritas. Prioritas membantu kita untuk memilih yang terbaik. Kita dapat melihat dari kisah Maria dan Marta di Lukas 10:38. Prioritas akan menentukan hasil yang kita capai di dalam hidup.

3. Kita perlu memiliki PRINSIP ICU
Kita tidak pernah tahu kapan waktu kita di bumi ini akan ‘habis’. Oleh karena itu kita harus senantiasa menanggap setiap hari, setiap saat adalah penting sehingga kita menjadi bijak di saat menghabiskan waktu kita. (Matius 24:36) Cobalah bayangkan kalau kita mengetahui bahwa pada suatu hari di depan waktu kita habis, pasti kita akan berusaha mengatur dengan bijak segala sesuatu di dalam hidup agar di saat waktu kita benar-benar habis, kita telah mencapai tujuan-tujuan hidup kita.

Hidup adalah sebuah pertandingan, Paulus menggambarkan dengan jelas bagaimana kehidupan seorang Kristen seperti seorang olahragawan. Dan pertandingan senantiasa berkaitan dengan waktu. Jika kita hendak berkemenangan di dalam hidup, mencapai tujuan - tujuan yang telah Tuhan taruhkan di hati kita, maka kita harus mengatur waktu kita dengan baik mulai dari saat ini! Amin