19 Juni 2008

Makna Pekerjaan


Pertama, pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah. Tampaknya inilah makna pekerjaan yang paling dasar dan ada dalam diri setiap pencari kerja. Minimal, didorong oleh keinginan agar tidak menjadi beban bagi orang lain, seseorang akan berusaha menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Cara pandang seperti ini tidaklah salah. Namun jika seseorang hanya memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah maka ia akan cepat merasa bosan dan melihat pekerjaannya sebagai sebuah beban. Sangat sulit baginya menemukan kesenangan dalam bekerja. Bagaimana mengatasi hal ini? Cobalah memandang pekerjaan dari sisi lainnya.

Kedua, pekerjaan sebagai sarana untuk mengekspresikan potensi diri. Seorang pemuda yang sejak kecil hobi bermain komputer pernah ditanya mengapa ia memilih pekerjaan di bidang information technology (IT)? Sambil tersenyum, ia menjawab, "Saya menyukai pekerjaan ini dan melalui pekerjaan ini saya menemukan siapa diri saja!" Wow, sebuah jawaban yang luar biasa!

Ketiga, pekerjaan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri. Seorang mahasiswa sejak kuliah sangat aktif menulis untuk media kampus. Suatu ketika, saat musim liburan semester, ia mendapat kesempatan untuk magang di sebuah majalah berita mingguan terkemuka di negeri ini. Kesempatan magang tersebut tidak disia-siakan. Ia memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan belajar dari wartawan-wartawan senior di kantornya. Ia juga tidak segan-segan meminta masukan atas tulisan yang dibuatnya. Terkadang memang timbul rasa kecil hati manakala begitu banyak kritikan ia terima. Namun ia bersikap terbuka dan belajar untuk terus memperbaiki diri.
Seusai masa magang ia kemudian memperoleh pekerjaan di majalah yang sama. Tekadnya untuk terus mengembangkan diri membuatnya mengambil kursus jurnalistik tingkat lanjut dengan biaya sendiri. Ia juga membeli puluhan buku jurnalistik, membacanya dan mendiskusikannya dengan mereka yang dianggap ahli di bidang tersebut. Tahun berganti tahun dan kini kualitas tulisannya telah meningkat jauh. Ia juga telah berhasil menulis sejumlah buku yang masuk kategori best seller.

Keempat, pekerjaan sebagai sarana untuk belajar hal-hal baru. Ada mitos yang mengatakan kalau bagian keuangan di sebuah perusahaan selalu berbenturan dengan bagian pemasaran. Namun hal itu tampaknya tidak berlaku bagi Linda. Meski dikenal sebagai seorang staf keuangan, Linda dikenal juga memiliki pengetahuan yang amat baik dalam bidang pemasaran, penjualan dan sebagainya. Mengapa? Ia termasuk orang yang gaul. Ia berteman dengan staf dari bagian lain di perusahaannya dan makin menyadari kalau kesuksesan perusahaan ditentukan oleh kontribusi semua bagian.

Kelima, pekerjaan sebagai sarana untuk memperluas jaringan. Linda dalam contoh sebelumnya adalah tipe karyawan yang unggul dalam membina hubungan baik. Ia juga berhubungan dengan staf keuangan dari perusahaan lainnya yang berada di gedung yang sama. Ia juga aktif dalam asosiasi sesuai dengan profesinya dan mengikuti sejumlah mailing list yang berhubungan dengan pekerjaannya. Tidak heran jika Linda termasuk orang yang sangat mudah untuk mendapatkan berbagai informasi penting.

Keenam, pekerjaan sebagai sarana untuk melayani orang lain. Alan Loy McGinnis benar ketika mengatakan tidak ada pekerjaan yang lebih mulia di dunia ini ketimbang membantu orang lain -membantu seseorang meraih kesuksesan (there is no more noble occupation in the world than to assist another human being -to help someone succeed). Betapa berartinya hidup ini jika kita menyadari apa yang kita lakukan membawa manfaat bagi sesama, minimal bagi rekan kerja kita, perusahaan kita dan bagi customer yang menggunakan produk atau jasa kita. Betapa bahagianya kita jika kita sungguh mengetahui produk atau jasa kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang lain atau membantu mereka memecahkan masalah mereka. Sayangnya, masih banyak orang yang cenderung mengutamakan profit atau upah di atas segalanya. Padahal jika kita mau memberikan yang terbaik, semuanya itu akan datang dengan sendirinya. Apa yang kita tabur akan kita tuai!

Ketujuh, pekerjaan sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menjadi wirausaha (entrepreneur). Ketika memberikan pelatihan kepada 110 karyawan terbaik sebuah bank terkemuka di negeri ini, beberapa di antara mereka menyatakan kekecewaannya karena sudah lama bekerja namun tidak juga naik jabatan. "Saya sudah bekerja lebih dari 15 tahun. Teman-teman seangkatan saya sudah pada jadi kepala cabang, tinggal saya," begitu kata mereka. Saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan namun saya juga mengingatkan mereka untuk tidak kecil hati. Saya ingat nasihat seorang pengusaha sukses mengenai kapan waktu yang paling tepat bagi seorang karyawan untuk terjun berwirausaha. "Salah satunya adalah ketika Anda bisa mengurus diri Anda sendiri tanpa disuruh-suruh orang lain. Sebab sebagai pengusaha, Anda harus mampu mengatur diri Anda sendiri dengan baik karena Andalah pemimpinnya," katanya. Sebuah nasihat yang sangat berharga!


Kedelapan, pekerjaan sebagai sarana ibadah. Saya ingin agar nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup dan karya saya. Hasrat terbesar saya adalah agar pada suatu hari saya bisa mendengar-Nya berkata : "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." Itulah saat yang sangat saya rindukan, ujar seorang sahabat. Bagaimana menurut Anda?

1 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda ada di:
http://karir-pekerjaan.infogue.com/
http://karir-pekerjaan.infogue.com/makna_pekerjaan

anda bisa promosikan artikel anda di www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!