30 Maret 2009

Kartu Ucapan yang Menyadarkanku

Hidup ini mudah, berubah itu mudah dan semuanya terasa mudah. Jika saja semua ini benar. Berapa sering kita melihat seseorang yang sukses dalam berbagai aspek kehidupan dan berharap bahwa orang itu adalah kita. Rasanya koq mudah sekali bagi mereka. Tapi, ternyata semua tidak semudah yang dibayangkan. Tapi, apa yang membuatnya berbeda, apa yang membuat kesuksesan orang lain terlihat begitu mudah?

Beberapa saat lalu, saya dihadapkan pada sesuatu yang rasanya seperti membentur tembok keras. Sesudah mengundurkan diri dari perusahaan untuk berpindah ke tempat lain yang lebih bagus, ternyata tempat yang baru tidak sehijau yang seperti dibayangkan semula, bahkan tidak ada satupun rumput yang tumbuh. Apa pun yang saya coba lakukan, saya selalu gagal. Akhirnya, saya mencoba membangun usaha sendiri, dan kembali saya mengalami kegagalan.

Saya mulai merasa ragu atas rasa percaya diri saya; mungkin saya telah membuat satu kesalahan besar. Mungkin, saya sebaiknya kembali saja ke kantor yang lama. Paling tidak, pekerjaan itu terasa lebih aman. Disaat saya sedang berpikir mengenai masa depan, saya menerika sebuah kartu ucapan melalui email dari seorang kawan yang mengetahui perjuangan saya saat ini. Kartu itu berbunyi: "Tetaplah tekun; ketekunan akan membawa hasil disaat semua gagal ".

Saya duduk sambil membaca kartu itu, sekali, dua kali, tiga kali. Apa artinya kata-kata ini buat saya? Apakah kata-kata ini hanya itu, kata-kata, tidak berarti sama sekali? Ketika anda dihadapkan pada masa depan yang tidak pasi, ketika segala yang anda coba selalu gagal, mungkin kata-kata ini ada benarnya juga, lebih dari yang kita sadari.

Mungkin, saya belum menemukan resep yang cocok untuk menjadi sukses. Di sisi lain, mungkin saya menyerah terlalu cepat. Pernah dengar kata-kata: "Bangun dan Isilah kembali". Jika anda belum pernah, bagi saya itu berarti bahwa saya harus mulai bangkit lagi tapi kali ini harus lebih memperhatikan kata-kata "ketekunan akan membawa hasil disaat semua gagal ".

Untuk memperpendek cerita, saya memang kemudian menjadi lebih tekun; ketekunan ditambah dengan kesabaran akan memberikan hasil nyata disertai dengan kesabaran bahwa sesuatu yang baru tidak akan menuai kesuksesan dalam semalam. Lagipula dalam pekerjaan saya dulu, saya telah menginvestasikan pendidikan dan pelatihan yang saya terima selama bertahun-tahun agar dapat meraih kesuksesan. Kenapa kini hal itu menjadi berbeda ketika saya memulai usaha baru?

Kegagalan adalah ketidakmampuan untuk belajar dari kesalahan anda. Keberhasilan adalah kemampuan untuk belajar, menjadi lebih tekun, menjadi lebih tegar guna mencapai tujuan anda. Hidup dapat dipenuhi dengan berbagai kegagalan, tetapi hanya mereka yang tidak memiliki keteguhan hati yang akan menerima kegagalan tersebut.

-gfreshmag-

23 Maret 2009

MOTIVASI

Motivasi merupakan kata kunci yang menentukan apakah impian seseorang bisa tercapai atau tidak. Motivasi bisa diwujudkan dalam dua hal yaitu Rasa Takut dan Impian. Yaps keduanya akan kita coba pelanjari sedikit..

RASA TAKUT
Rasa takut merupakan mekanisme yang alamiah yang biasa dimiliki oleh setiap orang. Hal itu terjadi karena melihat sesuatu yang ada dari luar diri kita yang membuat kita merasa dalam posisi terancam. Rasa takut inilah yang mendorong kita melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya sehingga kita kembali menjadi aman.
Contohnya seperti ini: Pada negara-negara dengan 4 musim, musim dingin adalah musim yang paling ekstrim karena semua tumbuhan mati di musim ini. Kelaparan pun tidak jarang terjadi di zaman dahulu. Oleh karena itu, banyak orang mulai berpikir bagaimana cara supaya tidak kelaparan di musim dingin. Dan hasilnya, mereka mulai menyimpan makanan pada musim-musim lain untuk cadangan sewaktu musim dingin. Mereka bekerja dengan lebih keras. Bandingkan dengan orang yang ada di daerah khatulistiwa atau yang tidak mengalami musim dingin ini.

IMPIAN
Impian akan menjadi sumber tenaga yang berasal dari dalam diri seseorang. Impian ini bisa mendorong kita untuk melakukan hal-hal besar bahkan hal-hal yang belum pernah terpikirkan sama sekali oleh orang lain, Contoh: Wright bersaudara yang memimpikan bahwa suatu saat manusia bisa terbang, dan akhirnya mereka menemukan apa yang dinamakan pesawat terbang. Impian dapat mengalahkan akal sehat.

Point yang bisa kita terapkan adalah:
  1. Perkuat impianmu sehingga dapat menjiwai kehidupan sehari-harimu
  2. Buat rencana yang dapat mencapai impianmu
  3. Laksanakan rencana itu :) :)

13 Maret 2009

9 Tips untuk Presentator

1. Kenali tujuan akhir presentasi
Kesempatan tidak datang dua kali, manfaatkan kesempatan sekecil apapun kita anda diberi kesempatan presentasi untuk menyampaikan maksud dan gagasan anda.
2. Kenali audiens anda
Sebelum memulai presentasi, tidak ada salahnya anda berbicara dengan dua tau tiga orang untuk mendapatkan “feeling” tentang kebutuhan audiens, isu yang penting buat mereka serta level pengetahuannya. .
3. Skets presentasi anda
Sebelum memulai presentasi buatlah peta pikiran tentang apa yang anda presentasikan.
4. Perbanyak bahan referensi buat presentasi anda
Intisarikan bahan yang anda dapatkan dengan menggunakan notes (cukup pokok pikiran dan lampirkan dengan data sumber)
5. Berbicaralah dengan efektif
Gunakan kata-kata yang efektif dalam menyampaikan setiap pokok pikiran. Usahakan 40-60 kata menyampaikan gagasan-gagasan penting.
6. Gunakan tempo bicara yang tepat
Berdasarkan survey setiap 10 menit pembicaraan berisi 1600-1800 kata. Tidak ada salahnya anda merekam presentasi anda untuk mempelajari tempo bicara anda apakah udah sesuai, kadangkala bicara yang tidak efektif membuat tempo bicara anda menjadi kecepatan.
7. Bicaralah, jangan membaca
Anda bukan semata-mata mempersiapkan bahan presentasi tetapi anda menyiapkan diri anda untuk presentasi. Jadi pada saat presentasi jangan membaca bahan tapi bicaralah dengan penuh energi, interest dan semangat.
8. Jangan lupa bawa handout presentasi
Dalam situasi yang resmi, copy bahan presentasi perlu dibagikan ke peserta. Hal ini diperlukan agar pokok pikiran yang hendak disampaikan semakin fokus
9. Respons umpan balik yang didapat
Perhatikan setiap detil umpan balik yang diberikan audiens. Lakukan perbaikan yang segera jika memungkinkan, selalu dapatkan atensi dari setiap audiens.


(disadur dari berbagai sumber)

11 Maret 2009

Dilema Parasetamol

Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan di dunia. Ia merupakan obat pilihan untuk meringankan demam dan nyeri, karena dikenal aman. Namun, 10 tahun yang lalu, sudah muncul hipotesis bahwa penggunaan parasetamol bisa meningkatkan risiko terjangkit asma. Digunakannya parasetamol sebagai pengganti aspirin di Amerika Serikat selama 1980-an dikatakan sebagai penyebab meningkatnya prevalensi asma pada anak selama kurun waktu tersebut.

Digantikannya aspirin dengan parasetamol, demikian menurut para peneliti, menyebabkan meningkatnya allergic immune response, serta mudah terjangkitnya anak oleh asma dan gangguan alergi lainnya. Sejak saat itu, sejumlah studi epidemiologis sudah melaporkan adanya kaitan antara asma dan penggunaan parasetamol pada kandungan, pada anak, dan pada orang dewasa. Studi-studi tersebut memberikan kesan bahwa penggunaan parasetamol mungkin merupakan faktor risiko penting berkembangnya asma.

Bukti terbaru yang mendukung hipotesis ini datang dari studi epidemiologis internasional mengenai asma pada anak-anak yang baru-baru ini dimuat dalam jurnal kedokteran The Lancet. Analisis yang dilakukan International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) ini melibatkan lebih dari 200 ribu anak yang berusia enam dan tujuh tahun dari 73 pusat penelitian di 31 negara. Orang tua atau wali anak diminta menjawab pertanyaan tertulis mengenai gejala asma, rhinitis, dan eksim yang diketahui dan mengenai beberapa faktor risiko, termasuk penggunaan parasetamol untuk menurunkan demam pada tahun pertama anak, serta frekuensi penggunaan parasetamol selama 12 bulan terakhir.

Studi ini mengidentifikasi bahwa penggunaan parasetamol untuk meringankan demam pada tahun pertama seorang anak ada kaitannya dengan gejala asma pada anak usia enam dan tujuh tahun. Keterkaitan ini tampak di semua kawasan utama di dunia, dengan peningkatan risiko yang diperkirakan sebesar 46 persen setelah disesuaikan dengan faktor-faktor risiko lainnya.
Keterkaitan yang tergantung dosis ini juga teramati antara gejala asma pada usia 6-7 tahun dan penggunaan parasetamol pada 12 bulan sebelumnya. Keterkaitan serupa juga teramati antara penggunaan parasetamol dan risiko timbulnya gejala asma yang berat. Sesuai dengan kalkulasi, proporsi kasus asma yang dapat dikaitkan dengan parasetamol berkisar 22 persen dan 38 persen.

Penggunaan parasetamol baik pada tahun pertama seorang anak maupun pada anak berusia 6-7 tahun juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko gejala rhinitis and eksim. Ini mengesankan bahwa efek parasetamol tidak terbatas pada saluran pernapasan saja, tapi juga pada sejumlah sistem organ.

Identifikasi mekanisme yang mungkin mendasari keterkaitan antara parasetamol dan asma (serta gangguan alergi lainnya) tidak termasuk dalam studi ini. Tapi para peneliti lainnya telah mengajukan sejumlah mekanisme yang bisa diterima, terutama berkaitan dengan efek negatif parasetamol terhadap kemampuan tubuh menghadapi stres oksidan dan kemungkinan meningkatnya allergic immune response.

Para peneliti menekankan bahwa hubungan sebab-akibat tidak bisa dipastikan dari studi retrospektif semacam ini, karena berbagai prasangka yang mengacaukan keterkaitan ini. Misalnya, kita mengetahui bahwa infeksi saluran pernapasan karena virus pada bayi, seperti respiratory syncytial virus (RSV), dikaitkan dengan peningkatan risiko asma pada bayi tersebut ketika usia anak meningkat dan bahwa penggunaan parasetamol pada tahun-tahun tersebut bisa mengacaukan studi ini.

Studi ini menyumbang kepada debat mengenai apakah mengobati demam pada anak itu ada manfaatnya, suatu persoalan yang telah dibahas panjang-lebar oleh Fiona Russell dan kolega dalam Bulletin of the World Health Organization. Mereka mengatakan bahwa bukti ilmiah yang ada mengesankan bahwa demam merupakan respons yang universal dan biasanya bermanfaat dalam melawan infeksi; dan menindasnya dalam kebanyakan kasus tidak banyak bukti manfaatnya.

Sebaliknya, demikian menurut mereka, menindas demam terkadang menimbulkan efek yang berbahaya. Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan obat secara luas untuk menurunkan demam sebaiknya dihindari. Mereka menganjurkan agar penggunaan obat pada anak sebaiknya dibatasi, dan dilakukan hanya pada situasi demam yang tinggi, ketidaknyamanan yang jelas, atau kondisi yang diketahui menimbulkan kesakitan.

Yang disepakati adalah perlunya uji acak yang terkontrol atas efek jangka panjang penggunaan berulang-ulang parasetamol pada anak-anak. Hanya dengan demikian dapat dikembangkan petunjuk penggunaan berbasis-bukti yang dapat direkomendasikan. Sembari menunggu hasil penelitian tersebut, parasetamol tetap merupakan obat pilihan untuk meringankan nyeri dan demam pada anak, yang harus digunakan sesuai dengan petunjuk Organisasi Kesehatan Sedunia yang menganjurkan dibatasinya penggunaan hanya untuk anak yang diserang demam yang tinggi (38,5 derajat Celsius atau lebih).

Penggunaan aspirin pada anak-anak usia muda tidak dianjurkan karena risiko timbulnya Reye's syndrome, komplikasi yang serius namun jarang terjadi. Parasetamol juga tetap merupakan obat pilihan untuk meringankan nyeri atau demam pada anak atau orang dewasa yang menderita asma, karena aspirin atau obat non-steroidal anti-inflammatory lainnya bisa merangsang serangan asma pada orang yang rentan terhadap kondisi ini.

KORAN TEMPO, Sabtu 7 Maret 2009, hal. A9, judul "Dilema Parasetamol".

10 Maret 2009

Empowering Words


"Big jobs usually go to the men who prove their ability to outgrow small ones."
- Theodore Roosevelt -

"Be faithful in small things because it is in them that your strength lies."
- Mother Teresa -

"Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved."
- Helen Keller -

"Happiness always looks small while you hold it in your hands, but let it go, and you learn at once how big and precious it is."
- Maxim Gorky -

"Nothing can stop the man with the right mental attitude from achieving his goal; nothing on earth can help the man with the wrong mental attitude."
- W. W. Ziege -

"Self pity is our worst enemy and if we yield to it, we can never do anything wise in this world"
- Helen Keller -


"Dua orang tidak bisa menjadi akrab apabila
gagal memaafkan kegagalan kecil."
(Jean De La Bruyere)

"Kalau alat yang Anda miliki hanya palu, Anda akan
terbawa untuk melihat semua persoalan seperti paku."
(Abraham Maslow)

04 Maret 2009

Berhentilah menjadi Gelas

Seorang guru bijak mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu? ” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, ” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata SangGuru.

“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke telaga di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke telaga.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke telaga, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air telaga itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir telaga. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air telaga, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air telaga yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya,

“Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, telaga ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air telaga ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air telaga sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum..

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan pergumulan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakar oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia yang terbebas dari masalah dan pergumulan hidup.” Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari permasalahan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa terbeban dan menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikanlah hatimu menjadi seluas telaga agar kau bisa menikmati hidup”

02 Maret 2009

Hati-Hati dengan makananmu


Dalam hidup ini berlaku hukum "tabungan". Apa yang kita lakukan menjadi tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian. Begitu pun dengan penyakit. Mulai dari segelas minuman favorit hingga suka menonton TV hingga larut. Siapa nyana kalau itu bisa meningkatkan risiko diabetes?

1. Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari dua sendok teh sehari.

2. Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.

3. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Buah potong segar.

4. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.

5. Malas beraktivitas fisik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. "Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda," kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.
Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Solusi: Bersepeda ke kantor.

6. Sering stres
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada sahabat terdekat.

7. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
Pengganti: Permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan bersertifikat resmi.

8. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari 5 tahun.

9. Takut kulit jadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum "berjemur" di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.

10. Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses' Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
Pengganti: Jus dingin tanpa gula.*

Sumber : Prevention