03 September 2008

"Tapi buka dulu TOPENG mu..."

Maria mengambil nafas panjang, memasang senyumannya yang terbaik dan mengetuk pintu rumah seorang temannya. Bagaimanapun juga, dia sudah memasukkan dirinya ke dalam jadwal yang harus dia lakukan juga walaupun sebenarnya itu bukan pilihan pertamanya. Maria dikenal karena kepercayaan dirinya dan kehidupan sosialnya yang "utuh", tapi tiba-tiba dia sadar bahwa sebenarnya dia masih merasa tidak aman dan sendirian. Seolah-olah orang lain telah memilih segala sesuatu dalam hidupnya untuk dia. Hari-harinya dan semua aktivitasnya telah ditentukan sesuai dengan yang diinginkan oleh semua orang lain. Harapan-harapannya sendiri dan keunikan dirinya menghilang dan dia menjadi seseorang yang diharapkan orang lain...


Apakah Anda pernah merasa diri Anda seperti Maria? Apakah Anda pernah menyadari diri Anda membayangkan bagaimana reaksi orang-orang jika Anda mengeluarkan diri Anda yang sebenarnya? Bagi banyak orang, ada jurang keberadaan yang cukup signifikan antara identitas luar mereka (yang biasa dikenal oleh orang lainnya) dan diri mereka yang sebenarnya. Orang-orang menginginkan kebebasan untuk menjadi diri mereka sendiri tapi seringkali ketakutan akan penolakan atau ketidaksetujuan membuat mereka mengkompromikan individualitas mereka.

Apakah ada orang yang mengenal diri Anda yang sebenarnya?Banyak dari kita yang menghabiskan hidup kita memakai topeng. Kita memakai beberapa topeng ini untuk menutupi bagian-bagian diri kita yang tidak kita sukai dan menjaga batasan dengan orang lain sehingga kita dapat mengubah cara pandang mereka terhadap kita. Semakin banyak topeng yang kita kenakan, semakin dalam kita menyembunyikan diri kita yang sebenarnya.

Memakai topeng-topeng ini membuat kita selalu merasa sendirianAda quote yang mengatakan, "Anda hanya akan pernah dicintai sampai seberapa dalam Anda dikenal." Kita tidak bisa merasa dicintai karena diri kita apa adanya selama kita tidak dikenal sebagaimana adanya kita. Pada waktu yang sama, kita takut bahwa jika kita membuka diri kita yang sebenarnya kita akan ditolak. Lingkaran yang membuat frustasi ini tetap menjaga kita dalam topeng, membuat hubungan-hubungan kita dangkal dan tidak utuh.

Sebagai manusia, kita mempunyai keinginan yang alamiah untuk berubah dan berkembang. Tapi karena kebutuhan kita untuk menyenangkan orang lain, seringkali motivasi untuk berubah hanya sebuah akibat eksternal daripada perubahan sesungguhnya yang dimulai dari dalam. Perubahan jenis ini tidak akan bertahan lama dan kita akan kembali merasa tidak dikenal dan tidak dicintai, juga tidak berubah.

Meskipun ada banyak topeng yang bisa dikenakan oleh seseorang, ada 2 topeng yang sangat umum.


Topeng untuk menutupi rasa sakit
Ini adalah topeng senyuman yang kita pakai saat hal-hal dalam hidup kita sedang mengalami kehancuran. Membuka topeng ini berarti mengakui bahwa kita memang tidak sedang baik-baik saja. Kita juga akan menghadapi kemungkinan bahwa mungkin tidak ada seorangpun yang menolong kita. Kesadaran diri ini membutuhkan perubahan yang mendalam. Karena takut akan kegagalan, ini adalah tantangan yang paling dirasakan tidak nyaman bagi banyak orang. Memang dibutuhkan kekuatan untuk melepaskan topeng ini, tapi itu bukan hal yang mustahil.

Topeng untuk menutupi rasa malu
Ini adalah topeng yang meneriakkan kepercayaan diri atau harga diri dalam kepemilikan material, bahkan walaupun saat memakainya orang yang bersangkutan merasa tidak berharga. Kita memakai topeng ini untuk membuat orang lain melihat bagian-bagian diri kita yang kita sukai, atau membuat mereka memperhatikan hal-hal yang (kita harapkan) akan memberi harga diri kepada kita. Topeng sepeti ini berfungsi sebagai pengalih perhatian untuk mencegah orang lain melihat kekurangan dan kebohongan kita. Topeng ini mengalihkan perhatian orang menjauh dari diri kita yang sebenarnya, dari ke-manusia-an kita.

Beberapa kebenaran
Kita memakai topeng-topeng karena alasan-alasan yang baik. Kita semua pernah mengalami rasa sakit dan penolakan. Tapi, kita masih ingin diri kita dikenal apa adanya. Bagaimana kita bisa mengatasi dilema ini? Mungkinkah kita akan baik-baik saja jika kita melepaskan topeng-topeng itu sementara kita juga sadar akan resiko-resikonya?

Kemungkinan untuk bebas menjadi diri sendiri akan selalu diperhadapkan dengan resiko penolakan, kecuali kita bisa tahu dengan pasti bahwa kita aman dari rasa sakit itu. Bagaimanapun juga, orang lain tidak dapat memberikan jaminan ini. Sama seperti kita, mereka juga manusia yang tidak sempurna dan mempunyai kekurangan. Mereka mungkin tidak dapat berada di samping kita saat kita membutuhkan mereka dan mereka juga seringkali membuat kita kecewa bahkan pada saat mereka berusaha untuk tidak membuat kita kecewa.


Satu-satunya tempat yang aman
Tuhan adalah Satu-satunya yang menerima kita apa adanya, tanpa menuntut apapun selain agar kita mempunyai hubungan pribadi dengannya. Kita tahu kita semua tidak sempurna, dan seringkali perasaan ini cukup besar untuk membuat kita menutupi diri kita dengan begitu banyak topeng. Tapi yesus telah datang dan hidup di dunia ini agar kita bisa berbagi dalam hubungan kita denganNya. Kristus hidup dan mengorbankan hidupNya untuk kita. Semua itu memberi kita kesempatan untuk menyambut Kristus ke dalam hidup kita dan menerima anugrahNya.

Mengetahui bahwa kita selalu disambut di dalam pelukan Tuhan sebagaimana kita adanya, membebaskan kita dari standar-standar yang tidak realistis dan mendorong kita untuk mulai melepaskan topeng-topeng kita dan hidup dalam kehidupan yang otentik.